Filosofi Politik versi Mappasessu

 

Filosofi Politik versi Mappasessu

Pada 2015, José Pepe Mujica mengakhiri masa jabatannya sebagai Presiden Uruguay setelah menjabat selama satu periode (2010-2015).

Acara serah-terima jabatan berlangsung sangat sederhana di Plaza Independencia, salah satu alun-alun terbesar dan bersejarah di kota Montevideo, Ibukota Uruguay. Di bawah terik matahari, para tamu negara duduk di kursi tanpa dipayungi tenda.

Hari itu, ia menyerahkan jabatan kepada kawan separtainya di Frente Amplio, Tabare Vázquez. Vázquez, seorang dokter kiri, adalah sosok penting di Frente Amplio. Tahun 1990-an, ia menjadi motor dari percobaan politik merebut kekuasaan lokal lewat Pilkada. Dan itu berhasil.

Hari itu, Mujica menyampaikan pidato terakhirnya sebagai Presiden persis dengan kata-kata Sukarno: “Jikalau aku misalnya diberikan dua hidup oleh Tuhan, dua hidup ini pun akan aku persembahkan kepada tanah air dan bangsa.”

Mujica, mantan gerilyawan kiri Tupamaros (MLN-T), akan dikenang sebagai Presiden paling sederhana di dunia. Ia dijuluki oleh banyak media, termasuk media arus utama di barat, sebagai “Presiden termiskin di dunia”. Selama menjabat, ia memilih tinggal di rumahnya sederhana di pinggiran kota Montevideo.

Dalam film dokumenter yang tayang di Netflix, El Pepe, a Supreme Life, kita menyaksikan keseharian Mujica yang sangat sederhana. Dia Presiden tanpa asisten rumah tangga: ia mengerjakan sendiri semua pekerjaan rumahnya. 

Di sela-sela kesibukannya sebagai Presiden, ia bertani. Ia mengolah sendiri lahan pertanian di dekat rumahnya: mencangkul, mengemudikan traktor, menyiram tanaman, menyemprot, dan memanen.

Di tempat tinggal Mujica tidak ada Paspampres. Pada hari kerja, ia berangkat ke Istana Kepresidenan dengan menyetir sendiri mobil tua, mobil Volkswagen Beetle tahun 1987, tanpa iring-iringan pasukan pengawal. Tidak ada nina-ninu.

Tidak pernah perjalanan Mujica menyulitkan pengguna jalan yang lain, apalagi sampai menyetop ambulance. Di Indonesia pernah kejadian, lantaran iring-iringan mobil Presiden mau lewat, terjadi tabrakan beruntun dan menewaskan 5 orang.

Mujica, seorang marxis yang mendaku Republiken, ingin mengembalikan makna Republik ke khittahnya. Dalam republik, kepentingan umum lah yang diutamakan. Semua pejabat politik tak lebih dari pelayan kepentingan umum.

Bagi Mujica, sebagai pelayan kepentingan umum, tak elok pejabat hidup elitis dan bermewah-mewahan. Menurutnya, pemimpin politik Republik harus hidup sama dengan kehidupan mayoritas orang yang dipimpinnya.

Selain pandangan politik, pengalaman 13 tahun mendekam di dalam penjara isolasi, dengan tak terhitung tekanan fisik dan psikologis, membuat keyakinan hidup berdiri sangat kokoh. Meski menyadari kapitalisme sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, ia tak mau gaya hidupnya terserap penuh dalam alam kapitalistik.

Berbeda dengan pejabat di banyak negeri, yang ketika menjabat kekayaannya itu bertambah berkali-kali lipat, Mujica meninggalkan kekuasaan Kepresidenan persis ketika ia memulainya.

Selama menjabat, hampir 90 persen gajinya yang hanya sebesar 12.000 USD per bulan (sekitar Rp 190 juta, kurs Rp 16.000/USD) disumbangkan untuk membiayai program sosial dan UMKM. 

Pensiun sebagai Presiden, hartanya tetaplah rumahnya, tanah pertanian, traktor, dan satu mobil tua. Itu pun, karena tak mempunyai anak, Mujica dan istri bertekad menyumbangkan seluruh hartanya kepada yayasan yang akan bekerja untuk urusan sosial dan pendidikan.

Meski hidup sederhana dan terkesan santai, jangan remehkan kinerja pemerintahan Mujica. Selama pemerintahannya, angka kemiskinan berkurang dari 12,7 persen 9,7 persen, sementara kemiskinan ekstrem dari 4,7 persen menjadi 0,3 persen. Uruguay adalah negara termakmur di Amerika selatan, dengan PDB per kapita sebesar 21,677 USD (tertinggi di Amerika selatan).

Kualitas SDM dan institusi politik Uruguay juga cukup sehat. Skor HDI-nya cukup tinggi, 0.830, peringkat ke-52 dunia dan peringkat ke-3 Amerika selatan. Korupsi di Uruguay sangat rendah. Skor untuk indeks korupsinya 74 dan peringkat ke-16 dunia. Bandingkan dengan Indonesia yang skornya 34 dan peringkat 110 dunia. Skor indeks demokrasi Uruguay juga sangat tinggi: 8.66 (full democracy) dan peringkat ke-15 dunia.

diedit ulang oleh: Mappasessu dari Mardika.Id

Post a Comment

0 Comments